Rabu, 27 November 2013

Dewata Nawa Sanga

Istilah yang benar: ‘Dewata Nawa Sanga’ artinya: 9 Dewa Utama yang menyangga kehidupan di dunia (sesuai arah mata angin purwa daksina (melingkar sejalan dengan arah jarum jam). Konsep ini berkembang sebagai Ilmu Tantrayana, di mana ajarannya disebut Tantrisme. Tantrisme berkembang menjadi suatu mashab yang maju pesat seiring dengan perkembangan sekte Siwaisme di India. Tantra yakni suatu paham ‘mistik’ yang dasar-dasarnya ada dalam Rgveda.Aspek yang menonjol adalah konsep teologinya yang melihat dari peran ‘sakti’. Di Indonesia Tantrisme dikenalkan oleh Maharaja Airlangga (ketika menjadi pendeta bergelar Rsi Jatayu).

Pemuja pengikut Tantrisme mengelu-elukan Sanghyang Widhi dalam manifestasi sebagai Dewata Nawa Sanga dengan harapan diberi kekuatan dan kesempurnaan hidup serta mendapat vibrasi dari kesaktian para 
Dewa yang menguasai delapan penjuru mata angin (horizontal) dan satu vertikal, lengkap dengan senjata, warna, dan aksara-nya.
- Timur (Purwa); Dewa Ishwara, Wana Putih, Senjata Gentha/Bajra, Aksara Sang
- Tenggara (Agneya); Dewa Mahesora, Warna Merah Muda, Senjata Dupa, Aksara Nang
- Selatan (Daksina); Dewa Brahma, Warna Merah, Senjata Gada, Aksara Bang
- Barat Daya (Nairity); Dewa Rudra, Warna Oranye, Senjata Kadga Mokhsala, Aksara Mang
- Barat (Pascima); Mahadewa, Warna Kuning, Senjata Nagapasa, Aksara Tang
- Barat Laut (Wayabya); Sankara, Warna Hijau, Senjata Dwaja Angkus, Aksara Sing
- Utara (Uttara); Dewa Wisnu, Warna Hitam, Senjata Cakra, Aksara Ang
- Timur Laut (Airsanya); Dewa Sambhu, Warna Abu-abu, Senjata Trosula, Aksara Wang
- Tengah-tengah (Madya) terdiri dari
  • Dasar (adastasana); Dewa Siwa, Warna Catur Warna (Kombinasi putih, merah, kuning, hitam), Senjata Cakra Sudharsana, Aksara Ing
  • Tengah (madyasana); Dewa Sada Siwa, Warna Sarwa Swana (Kombinasi putih, merah muda, oranye, kuning, hijau, hitam, abu-abu), Senjata Bunga Teratai (padma), Aksara Yang
  • Puncak (agrasana), Dewa Parama Siwa, Warna Putih (spatika), Senjata Pustaka (kitab suci) Aksara Ong
 Konsep Dewata Nawa Sanga berkembang menjadi Mantra Asta Mahabhaya, yang digunakan untuk:
  1. Pensucian wilayah dan sarana upakara
  2. Menolak kekuatan jahat
Tradisi beragama Hindu di Bali mengikuti tantrisme dalam bentuk (antara lain):
  1. Patung niyasa Dewa dengan senjata-senjata-Nya
  2. Warna kober, lelontek, hiasan pura, jajan suci, jajan sarad, dan hiasan penjor
  3. Posisi caru mengikuti pangider-ider dewata nawa sanggha misalnya: ayam putih letaknya di timur, dst.
Kalau aksara itu dibaca sesuai arah jarum jam mulai dari timur akan berbunyi:
SA BA TA A I, NA MA SI WA YA
Ini salah satu bukti bahwa mashab tantrik sangat menyatu dengan sekte siwa, khususnya siwa-sidantha yang menjadi inti ajaran Hindu di Bali.
Kenapa mulai dari timur? Karena timur adalah ‘hulu’ karena di timurlah ‘matahari (surya) terbit’. Umat Hindu di Bali penganut sekte Siwa-sidanta, selalu memuja Siwa sebagai yang utama, matahari/ surya sebagai kekuasaan-Nya, karena itu juga bergelar Siwa-Aditya atau Siwa-Raditya.
  • SANG menjadi SA, bila aksara SA tidak menggunakan ardacandra, windu, nadha. Bila menggunakan, tentu bacaannya: SANG, BANG, TANG, … dst.
  • di Bali, aksara suci ini disebut ‘dasa aksara’ (sepuluh aksara suci) di mana aksara ‘ING‘ dan ‘YANG‘ berkumpul di tengah sebagai aksara sentral.
  • aksara ONG (ongkara) terdiri dari ANG - UNG - MANG, di mana mengandung kekuasaan Sanghyang Widhi sebagai uttpti (pencipta), stiti (pemelihara), dan pralina (pemusnah).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar